Semangka tanpa biji atau biasa disebut semangka
seedless adalah merupakan semangka hibrida F-1 juga. Namun tetua atau induknya
masing-masing berasal dari tetua betina semangka tetraploid dengan tetua jantan
semangka diploid. Oleh karena itu semangka ini disebut juga semangka hibrida
tetraploid. Teknik pembenihan semangka tanpa biji ditemukan oleh Prof. Dr.
Hitoshi Kihara. Untuk memperoleh tetua yang tetraploid harus melalui pelipat
gandaan jumlah kromosom yang dalam istilah ilmiahnya sering disebut dengan
mutasi duplikasi.
Dari persilangan semangka tetraploid dengan diploid
ini akan diperoleh semangka triploid (semangka seedless) yang mempunyai daya
vitalitas rendah. Jika suhu udara rendah (kurang dari 290 C), maka
daya kecambahnya pun akan lambat. Oleh karena itu, perkecambahan benih semangka
triploid memerlukan suhu udara yang cukup tinggi agar perkecambahannya dapat
terjamin.
Pertumbuhan tanaman muda pada awalnya lemah, bahkan
terkadang tidak normal, tetapi selanjutnya tanaman akan tumbuh kuat. Daya
kecambah rata-rata biji semangka triploid adalah antara 27,5 – 85 % dengan
bentuk kotiledon yang lebih kecil daripada semangka diploid. Tanaman semangka
triploid sebenarnya memiliki bunga jantan dan betina yang lengkap, tetapi bakal
biji dan benang sarinya mandul, maka biji tidak akan terbentuk. Meskipun
demikian, biji kosong yang berwarna putih atau coklat terkadang masih dijumpai.
Terbentuknya biji kosong yang berwarna coklat biasanya disebabkan karena
kelebihan dosis pemupukan unsur hara phospor (P205.).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar